Detail Kecil yang Menentukan

Setelah berjuang menyelesaikan skripsi dan telah melalui sebuah sidang skripsi, bulan Agustus, aku menjalani yudisium di fakultasku, Fakultas Ilmu Komputer. Unofficially, aku sudah dinyatakan lulus, tapi, seakan badai yang datang bertubi-tubi, atau roda yang harus terus berputar, kini aku dihadapkan dengan tantangan selanjutnya, yakni mendapatkan pekerjaan. Ya, pernyataan lulus juga bersandingan dengan gelar sarjana nganggur.

Sembari menunggu jadwal wisuda yang belum diterbitkan, aku mengikuti Fresh Graduate Academy (FGA), sebuah program pelatihan yang berfokus pada beberapa bidang TIK. Program ini diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), ditujukan bagi orang lulusan D3/D4/S1 bidang TIK dan MIPA yang belum bekerja, agar memiliki kompetensi secara profesional dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era revolusi industri 4.0.

Di sela program FGA, aku juga mencoba melamar ke beberapa perusahaan, khususnya yang ada di Kota Malang. Beberapa proses interview telah aku jalani, beberapa interviewer memiliki impresi yang baik dan menyuruhku untuk menunggu panggilan dari kantor pusat untuk proses selanjutnya. Beberapa hari aku menunggu, minggu demi minggu telah kulalui, namun tak ada satupun panggilan yang kuterima. Pada tahap menunggu panggilan, tentu aku terus merasa was-was, takut jika aku tak bisa mengangkat telepon saat ada panggilan.

Suatu hari, panggilan dengan kode nomor asal Jakarta membuatku berdegup kencang, sayang itu bukan panggilan dari kantor yang kuharapkan. Justru itu panggilan dari pihak Telk*m yang melalukan survei kepuasan pelanggan. Sambil terbata-bata aku menjawab pertanyaan dari pegawai Telk*m itu. Karena merasa semua interviewku gagal, aku mencoba membuka file CV-ku yang rencananya ingin kupercantik.

Baru saja file terbuka, mataku langsung tertuju pada nomor HP yang tertera pada CV-ku. Rupanya nomor yang kutulis dalam CV memiliki kesalahan. Nomor yang seharusnya kutulis adalah 805, namun kutulis 806. Pada saat itu juga, aku merasa menjadi orang terbodoh di dunia. Padahal sudah lama aku mewanti-wanti diriku sendiri untuk masalah nomor HP ini. Pasalnya, nomor terdahuluku memiliki akhir 806, pun NIM-ku memiliki akhir 086. Setiap input nomor, aku selalu mengecek dua kali, entah apa yang terjadi pada saat aku menulis CV-ku itu.

Dengan kejadian ini, tentu aku harus kembali memulai dari awal, seakan aku telah membuang 1 bulan waktuku secara sia-sia. Namun tak apa, suatu kesalahan ada memang untuk dijadikan sebuah pembelajaran. Cukup terus berjuang, karena hidup takkan pernah mengkhianati kita, jika memang kita terus berusaha.