Berkunjung ke Poli Gigi Universitas Brawijaya

Intro

Gigi dan mulut merupakan bagian penting dalam tubuh kita, karena setiap harinya kita harus memakainya untuk makan, berbicara, serta berinteraksi dengan orang lain. 4 tahun lalu merupakan terakhir kalinya aku menjalani pembersihan karang gigi (scalling), saat itu kulakukan di RS. Universitas Brawijaya. Meskipun sebagai seorang mahasiswa universitas tersebut, biaya yang kukeluarkan juga lumayan menguras dompet saya (yang jarang ada isinya).

4 tahun berselang, aku tidak pernah melakukan scalling lagi, alasannya tentu waktu serta biaya dan malu karena kebanyakan nemu dokter gigi wanita. Hingga akhirnya aku menemukan fakta jika Poliklinik UB menggratiskan biaya perawatan bagi mahasiswa UB, di dalamnya termasuk perawatan gigi. Karena mulutku juga sudah mulai tidak nyaman, saat aku mengaca dan melihat gigi gerahamku... karang giginya menumpuk! Akhirnya kuputuskan untuk berangkat ke Poliklinik UB saat aku memiliki waktu luang.

Halaman Poliklinik Universitas Brawijaya

Kunjungan Pertama - Scalling 1

Rabu, 9 Januari 2018. Aku sampai di poliklinik pukul 08:03, kemudian mendapat nomor antrian. Nomorku dipanggil dan menuju ke loket, terdapat 3 loket di poliklinik UB. Petugas loket menanyakan apa keperluanku, kemudian kujelaskan jika aku ingin ke poli gigi. Petugas tersebut mempersilahkan aku buat nunggu di depan poli gigi. Aku mendapat nomor antrian 6 di ruang 3 dengan drg. Ganjar. 

Singkat cerita, giliranku masuk ke ruang drg. Ganjar, di situ kujelaskan apa keperluanku. Tidak lama-lama, aku dipersilahkan berbaring di tempat yang mirip kursi. drg. Ganjar mulai melakukan proses pembersihan karang gigiku. Pada saat itu, terjadi hal lucu, karena lama tidak scalling, aku lupa cara bernafas yang benar. Aku bernafas melalui mulut, yang seharusnya dari hidung. Hal itu membuat lidahku terus bergerak dan malah mengganggu proses scalling.

Ilustrasi kursi pasien

Selesai proses scalling, aku dipersilahkan duduk. Kemudian drg. Ganjar menjelaskan jika proses tadi hanya membersihkan karang gigi bagian bawah saja dan akan dilanjut esok harinya, karena sudah terlalu keras. Saat itu aku berpikir, "gila, sudah parah ini". Dengan perasaan damai, aku mengucapkan terimakasih pada beliau, kemudian aku keluar ruangan, dan pergi meninggalkan Poliklinik setelah membubuhkan tanda tangan di samping loket pembayaran.

Kunjungan Kedua - Scalling 2

Kamis, 10 Januari 2019 aku kembali menemui dokter Ganjar. Meski antri sejak pukul 8 pagi, aku baru masuk ke ruangan beliau sekitar pukul sepuluh. Proses scalling pada hari itu hanya melanjutkan pembersihan gigi bagian bawah, serta sedikit membersihkan bagian atas. Yah, saking kerasnya karang giginya. Bagaimana tidak, 4 tahun tak pernah kubersihkan, dan kedua gigi gerahamku tidak pernah kupakai karena dulu pernah sakit. Jadi kebiasaan makan menggunakan gigi seri. 

Untuk itu, esok harinya aku harus kembali untuk melanjutkan proses scalling yang belum rampung ini.

Kunjungan Ketiga - Scalling 3

Jum'at, 11 Januari 2019 aku datang lebih awal, aku mengambil nomor antrian sekitar pukul setengah delapan. Ternyata masih ada pasien yang datang lebih pagi dariku, sehingga aku baru masuk setelah pasien yang kusebut barusan. Saat giliranku tiba, aku kembali bersandar di kursi pasien dan menjalani proses scalling terakhir untuk gigi geraham bagian atas. Proses hari ini berjalan lancar.

Setelah proses scalling selesai, Dokter Ganjar menjelaskan jika gigi gerahamku sebelah kiri kemungkinan masih bisa ditambal, sementara itu yang bagian kanan harus dicopot karena sudah parah. Jadi beliau menyuruhku untuk datang kembali minggu depan untuk melakukan penambalan.

Kunjungan Keempat - Tambal Sementara

Rabu, 30 Januari 2019 aku kembali datang. Tidak sesuai saran Dokter Ganjar yang menyuruhku untuk datang minggu depan setelah kunjungan ketiga. Hal ini terjadi karena aku punya urusan yang tidak bisa ditinggalkan.

Di kunjungan keempat ini, proses yang dilakukan lebih cepat dari ketiga proses sebelumnya. Dokter Ganjar melakukan penambalan sementara pada gigi gerahamku yang sebelah kiri. Saat selesai, beliau menyuruhku kembali 10 hari kemudian untuk melihat perkembangannya, apakah gigiku bisa langsung ditambal permanen atau tidak.

Setelah melakukan proses penambalan sementara, yang kurasakan adalah seperti adanya gusi bengkak, yang kemungkinan akan membaik dalam seminggu. Untuk itu Dokter Ganjar memberiku waktu 10 hari.

Kunjungan Kelima

12 hari berselang, aku kembali berkunjung ke Poli Gigi untuk bertemu Dokter Ganjar. Pada kunjungan kali ini dilakukan pemeriksaan apakah lubang pada gigiku bisa ditambal. Dokter Ganjar menanyakan beberapa hal untuk memastikannya. Hasilnya, lubang pada gigiku dapat ditambal, namun tentunya pada kunjungan kali ini niatanku untuk menambal gigi urung kulakukan. Penyebabnya, biaya. Ya, biaya penambalan, bisa dibilang mahal, meskipun tergantung jenis tambalannya, apalagi di rumah sakit. Jadi, petualanganku di Poli Gigi cukup sampai di tambalan sementara saja, hehe.

Kesimpulan

Setelah sebelumnya sering kali mengurungkan niat untuk datang ke Poli Gigi UB, akhirnya kesampaian juga. Dari segi pelayanan, tentu seperti biasa, Poli Klinik UB memang sudah bagus. Baik dari penataan ruangan, penataan antrian, serta pelayanan yang diberikan. Hmm, aku sudah tak bisa berkata. Cukup, tidak ada yang perlu dikritik, haha.
Berkunjung ke Poli Gigi Universitas Brawijaya Berkunjung ke Poli Gigi Universitas Brawijaya Reviewed by Suhadak Akbar on Maret 02, 2019 Rating: 5

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.