Pengalaman Perjalanan Denpasar - Malang yang Melelahkan


Pada 27 Oktober 2019, aku berangkat menuju Denpasar dengan mengendarai sepeda motor milik orang tuaku. Tidak ada pengalaman istimewa dalam 12++ jam yang kulalui. Singkat cerita, aku sudah bekerja di sebuah perusahaan di Denpasar. Belum genap 2 minggu bekerja, aku sudah harus meminta izin kepada bosku. Karena wisudaku diadakan pada hari Sabtu, aku berencana pulang hari Kamis malam setelah bekerja.

Setelah jam kerja berakhir, aku bergegas pulang ke kost. Tak banyak persiapan yang kulakukan saat itu, hanya beberapa pakaian serta laptop yang kumasukkan ke dalam tasku. Selanjutnya, aku pergi menuju Terminal Ubung. Aku berencana naik bus yang menurut si Customer Service (CS) sebuah bus, tiket bisa dibeli di loket yang ada di terminal Ubung. Belum sampai masuk ke terminal, aku merasakan bagaimana sepinya terminal ini, sepi penumpang, sepi bus, hanya ada bus-bus kecil semacam bus dalam kota.

Begitu aku melewati gerbang masuk, aku disambut oleh sekelompok orang. Mereka menawariku tiket menuju Surabaya atau Malang. Gelagat mereka cukup mencurigakan, saat kutanya harga, angka yang mereka sebutkan memang normal. Namun, saat kutanya mana busnya, begitu banyak alasan yang mereka lontarkan. Hingga salah seorang melakukan kesalahan, "Ayo cepat, busnya ada di Terminal Mengwi, ini ngejar", katanya. What??!! Langsung aku ajak saudaraku pergi dan memesan travel.

Karena saat itu sudah hampir pukul 8 malam, aku sudah bersiap dengan kemungkinan terburuk, menunda keberangkatanku esok pagi. Namun Tuhan berkehendak lain, masih ada satu tempat kosong untuk perjalanan menuju Surabaya. Singkat cerita, aku menunggu travel di titik penjemputanku. Selama hampir satu jam menunggu, tidak kutemui tanda-tanda kehadiran mobil travel itu. Hingga pukul 9 malam, akhirnya aku kembali ke kost, menunggu travel datang.

Karena tidak ada kejelasan dari sang sopir, kami berinisiatif untuk mencari keberadaan travel ini. Rupanya kami bertemu di suatu jalan besar, dan sang sopir sedang dalam keadaan kebingungan. Sang sopir yang biasanya mengandalkan maps untuk menjemput penumpang, tak bisa berbuat apa-apa karena smartphone miliknya rusak. Setelah aku datang, barulah sang sopir dapat menemukan sisa penumpang yang belum naik.

Sekitar pukul 12, travel baru benar-benar memulai perjalanan menuju Surabaya. Pada saat itu baterai HPku sudah berada di fase kritis, sementara stopkontak yang seharusnya disediakan jasa travel ini tidak berfungsi. Beberapa jam barulah aku menyalakan super power bank yang kumiliki, laptop. Beruntung aku sudah mengisi penuh baterai laptopku sebelum berangkat, setidaknya itu bisa menjadi cadangan, meskipun awalnya tak terencanakan.

Sekitar pukul 12, aku tiba di Terminal Purabaya (Bungurasih). Tak banyak waktu untuk istirahat, aku bergegas naik bus menuju ke Malang. Sesampainya di Malang pun, aku menuju tempat parkir angkutan umum. Rencana dijemput teman, namun gagal karena baterai HPku sudah habis. Waktu yang kutempuh untuk sampai ke kampus mungkin sekitar 1 jam, atau bahkan lebih. Bukan hal yang aneh, karena rute yang dilalui memang sedikit memutai kota Malang.

Sesampainya di kampus, aku bergegas mengambil toga dan menuju gedung tempat diadakannya gladi bersih. Aku keluar gedung menjelang maghrib, dan menunggu temanku yang lain untuk dibawa ke rumah penginapan. Aku merasa, itu adalah perjalanan yang cukup panjang. Rencana awal sampai di Malang pagi hari, nyatanya malah berbanding jauh sekali. Namun aku besyukur, dapat mengikuti acara Wisuda dan bertemu beberapa temanku.

Yap, itulah rekam jejak perjalananku dari Denpasar menuju Malang. Perjalanan pertama dan akan menjadi pelajaran berharga untukku.
Pengalaman Perjalanan Denpasar - Malang yang Melelahkan Pengalaman Perjalanan Denpasar - Malang yang Melelahkan Reviewed by Suhadak Akbar on November 21, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.